Santri Dikeroyok, Ribuan Santri Balas Dengan Keteladanan Mulia

Majelis Klaten - Santri NU yang selama ini menjunjung tinggi toleransi, humanis, dan menggunakan kekerasan, akhirnya harus turun ke jalan. Ini sudah suatu kebangetan, jika santri sampai turun aksi, bisa dimaknai tidak ada lagi tempat berteduh untuk mencari keadilan.

Selasa Wage, 29 Oktober 2024, hampir 100.000 Santri dari Pondok-pondok Pesantren, Pengurus NU, Banom dan Anak Banom NU, Mahasiswa NU sampai santri sholawatan memadati halaman Mapolda Daerah Istimewa Yogyakarta.

Walaupun ratusan ribu orang berkumpul dalam suasana terik matahari, santri tetap mencontohkan bagaimana menyampaikan aspirasi dan mendorong pengusutan tuntas dengan santun. Bahkan para santri secara sadar dan mandiri melakukan gerakan sapu bersih untuk memunguti sampah. Padahal santri yang menjadi korban, tetapi mampu memberikan keteladanan. Mungkin akan berbeda jika mereka yang menyerang santri itu melakukan aksi, lalu mengapa tetap terkesan dilindungi?

Dalam aksi itu, ada 7 poin tegas tuntutan yang dibacakan oleh Koordinator Umum Aksi Solidaritas Santri Jogja Abdul Muiz, sekaligus Ketua PW GP Ansor DIY:

  1. Tangkap pelaku dan tegakkan hukum seadil-adilnya.
  2. Korban dan keluarga berhak mendapatkan keadilan serta kepastian hukum.
  3. Jaminan keamanan di lingkungan masyarakat.
  4. Menolak bentuk kekerasan dan mendukung setiap langkah menuju terciptanya keamanan dan ketertiban.
  5. Tingkatkan pengawasan ketat untuk mencegah kekerasan di wilayah DIY.
  6. Evaluasi peraturan tentang peraturan minuman keras (miras).
  7. Komitmen menegakkan keadilan.

Dari pantauan redaksi Majelis Klaten, nampaknya belum semua pelaku ditangkap. Maka wajib terus dikawal dan diusut dengan tuntas, tidak boleh lengah. Wong waras tidak boleh ngalah, karena peredaran miras dan kemaksiatan akan merajalela dan dianggap lumrah, jika orang waras tidak berani dan bersatu. (Min/Dew)

0 Komentar